IKLAN 2
MN lalu angkat bicara. Dia mengaku, tak masalah memasukkan anaknya ke salah satu SMA Negeri favorit di Sumatera Utara itu lewat jalur surat miskin.
Baginya, yang terpenting adalah anaknya bisa bersekolah di SMA Negeri 1 Medan sesuai keinginannya dan anaknya.
"Anak saya mau sekolah di sana. Saya juga pengin anak saya sekolah di sana," ujar MN saat dihubungi melalui telepon, Senin (7/8/2017).
Dia memilih jalur tersebut lantaran sudah tidak ada lagi jalur lain yang bisa meloloskan anaknya ke sekolah favorit tersebut.
"Anak saya tidak bisa masuk SMA 1 Medan karena NEM-nya (nilai UN) rendah. Makanya saya daftarkan melalui jalur itu," ujarnya.
Ketika disebut jalur itu untuk keluarga yang miskin dan anaknya sudah mengambil hak orang miskin, MN tidak mau ambil pusing.
"Tidak apa-apa. Ngapain saya pikirin anak orang lain. Anak sayalah yang saya pikirin," ujarnya.
Saat ditanyakan caranya mendapatkan surat miskin, padahal jabatannya Kapolsek Galang, dia mengaku telah menempuh prosedurnya hingga akhirnya mendapat surat tersebut.
"Kan ada prosedurnya, nyatanya kan keluar. Ternyata dikasih," ujarnya.
MN juga mengaku bahwa tindakannya adalah hal yang wajar dan dia tidak malu menempuhnya.
"Enggak apa-apa. Kenapa? Ngapain sombong. Saya orang susah kok," ujarnya
Sementara itu, YA, orangtua siswa lainnya yang juga memanfaatkan jalur rawan melanjutkan pendidikan padahal dinilai mampu karena berprofesi sebagai pengusaha, membenarkan bahwa anaknya masuk ke SMA Negeri 1 Medan melalui jalur tersebut.
Menurut YA, tindakannya tersebut tidak merugikan orang lain lantaran jalur masuk tersebut tidak dimanfaatkan maksimal oleh orang-orang yang berhak.
"Itu kan ada 30 orang kuotanya. Yang daftar hanya 10 orang. Makanya saya tidak ada merugikan orang lain kok. Yang jelas, saya sampaikan, saya tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk memasukkan anak saya ke SMA Negeri 1 Medan," ujarnya saat dijumpai di kantornya.
YA menambahkan, memilih masuk melalui jalur tersebut karena hanya itu yang paling bisa diikuti anaknya.
"Anak saya bukan anak guru. Anak saya bukan yang berprestasi dari non-akademik. Nah, yang melalui jalur akademik, anak saya tidak bisa karena nilainya tidak mencukupi," ujarnya.
Ketika ditanyakan alasannya berusaha keras untuk menyekolahkan anaknya di SMA Negeri 1 Medan, YA mengaku, punya alasan tersendiri. Namun, dia meminta alasan tersebut tidak dipublikasikan.