IKLAN 2
Cuaca pada Maret, panas dan dingin tidak menentu.
Di atas trotoar yang sunyi senyap, tampak seorang kakek berjalan seorang diri.
Kepala si kakek tampak dipenuhi dengan rambut yang sudah memutih.
Wajahnya terlihat gelap, dengan tatapan sayu di mata bercampur sedih di wajahnya.
Badannya yang bungkuk sambil membawa sekantong barang-barang bekas hasil memulungnya.
Orang tua itu, sebut saja namanya kakek Tatang, 63 tahun.
Sebuah mobil listrik melaju dari samping kakek Tang, tampak di dalam mobil dua anak muda.
Salah satu anak muda itu melemparkan botol minuman ke kakek Tang.
“Kek, ini untukmu!” teriaknya sambil melempar botol itu mengenai kakinya.
Kakek Tang mengambil botol medium yang masih penuh, ia menggosok botol minuman itu dan menenggaknya sampai habis.
“Papa, aku mau digendong, gendong Paa!”
Mendengar suara itu, kakek Tang pun menoleh ke arah suara.
Tampak seorang anak kecil sedang merengek ke papanya, menyuruh papanya menggendongnya di punggung.
Bola mata kakek Tang tampak berkaca-kaca melihat suasana dan pemandangan yang hangat di depan matanya.
Sebelum melanjutkan, mari kita runut ke belakang, tepatnya pada 40 tahun yang lalu.
Terjadi satu peristiwa besar pada keluarga kakek Tang di desa.
Tantono (Samaran), putra tunggal Tatang yang baru berusia 2 tahun diculik.
ILUSTRASI. (Internet)
Ketika itu, Tatang sedang sibuk di sawah, tiba-tiba ia melihat ayahnya berlari sambil berteriak, “Tang, tatang! Tono hilang !Tono hilang!”
Tatang tertegun sejenak, lalu seperti orang gila, ia pun langsung berlari ke rumah.
Sesampainya di rumah, ia mendapati mata istrinya terpejam rapat.
Ia terbaring lemah di tempat tidur. Dari wajahnya tampak bekas tangisan air mata dan tampak dokter desa sedang membantu menyadarkannya.
Begitu matanya terbuka, ia pun segera memeluk Tatang, suaminya dan menangis lagi.
Ternyata, ketika itu isterinya melihat cuaca cukup panas, dan bermaksud mengantar minuman untuk suaminya, jadi ia pun merebus air.
Tapi, ketika keluar dari dapur, ia tidak melihat lagi Tantono yang tadinya sedang bermain di luar.
Kemudian ia bertanya pada kakek Tantono, tapi kakek Tono juga tidak tahu!
Keduanya pun cemas dan panik, lalu bergegas ke pelosok desa, namun tak jua ditemukan.
ILUSTRASI. (Internet)
Menurut cerita seorang bocah usia 7, 8 tahunan, ia melihat seorang pria tak dikenal menggendong seorang anak kecil yang tertidur, keluar dari desa.
Dan sejak itu, Tantono pun hilang diculik …
Tak lama setelah Tantono diculik, kakeknya pun jatuh sakit karena kehilangan cucunya.
Tak lama kemudian, kakeknya pun meninggal.
ILUSTRASI. (Internet)
Sementara ibunya Tantono, yang selalu merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sepanjang hari, perlahan-lahan mengalami gangguan mental dan jadi gila.
Demi merawat istrinya, Tatang terpaksa tidak mencarinya anaknya dulu.
Tiba-tiba suatu hari dia melihat isterinya gantung diri di atas balok!
Di atas lantai tampak tertulis nama Tantono dengan arang.
Tatang yang ditimpa bencana duka yang silih berganti ini akhirnya memutuskan mencari anaknya setelah memakamkan istrinya.
Ia bersumpah, bagaimana pun juga harus menemukan anaknya sesusah apa pun.
Sampai di sini saku celana kakek Tang tiba-tiba bergetar, dan di tengah pikirannya yang melayang pada kejadian 40 tahun silan.
Kakek Tang tersadar seketika.
Ia turunkan kantong plastik berisi barang-barang bekas hasil memulungnya, kemudian mengambil ponsel bututnya.
Ponsel itu dibelinya beberapa tahun lalu, kakek Tang selalu menempelkan kertas tentang orang hilang setiap tiba di satu tempat, dan meninggalkan pesan.
Selamat siang, Tatang ya? Saya adalah….. dari kantor polisi, apa masih ingat dengan peristiwa satu tahun lalu itu? Ada kabar baik untukmu…Tantono, putramu sudah ditemukan!”
Wajah Kakek Tang seketika dibasahi oleh linangan air mata mendengar kabar itu.
Kantor kepolisian mengatakan kepada kakek Tang, “Tantono, putramu itu sekarang bernama Fredy”
Belum lama ini, ayah angkatnya meninggal dunia.
Namun, sebelum meninggal, ayah angkatnya mengatakan kepadanya bahwa dia adalah anak yang dibelinya.
Dia berpesan pada Fredy agar mencari orang tua kandungnya.
Fredy yang terkejut mendengar cerita ayah angkatnya itu lalu membayangkan dirinya sendiri yang sekarang sudah berpredikat sebagai ayah dari anak-anaknya.
Terbersit dalam benak Fredy, betapa sedihnya jika itu adalah anaknya sendiri yang diculik dan hilang selama puluhan tahun.
Lalu, seusai pemakaman ayah angkatnya, Fredy pun ke kantor polisi mencocokkan darahnya dengan sampel darah kakek Tang.
Dan hasilnya memang Fredy adalah Tantono, yaitu anaknya kakek Tang yang hilang diculik empat dekade silam.
Setelah tahu dengan kepastian kabar itu, Fredy alias Tantono pun bermaksud ke kantor polisi dan mengakui kakek Tang sebagai ayah kandungnya.
Tapi kakek Tang menolaknya. Kakek Tang pergi sendiri menemui Fredy alias Tantono, putranya setelah mengetahui alamat dan nomor telepon putra kandungnya itu.
Kakek Tang ingin melihat sendiri tempat tinggal anaknya.
Keesokan harinya, kakek Tang memakai pakaian yang dipakainya saat sedang bekerja di sawah pada hari anaknya diculik kala itu, kemudian naik kereta api.
Sesampainya di stasiun, kakek Tang menatap alamat yang tertulis di telapak tangannya, dan tersungging senyum ceria di wajahnya, dia bahagia!
ILUSTRASI. (Internet)
Agar bisa segera menemui anaknya, kakek Tang pun memanggil taksi.
Sopir itu menatap alamatnya, lalu mengerutkan kening sambil bertanya pada kakek Tang.
“Kek, alamatnya gak salah?” tanyanya.
Tak lama kemudian, sopir pun menjalankan taksinya setelah dikonfirmasi diiringi dengan wajahnya yang masih bingung.
Taksi berhenti setelah sampai di alamat yang dituju, dan kakek Tang berjalan keluar dari taksi.
Kakek Tang tampak tertegun melihat vila di sekeliling hunian tersebut. Ia tiba di depan sebuah vila sesuai dengan alamat yang dibawanya.
Melalui pagar besi, kakek Tang melihat sepasang suami isteri di halaman, dan seorang anak laki-laki usia 10 tahunan.
Tiga orang itu tampak duduk di atas kursi batu sambil ngobrol santai. Dari raut wajah pria itu sekilas terlihat ramah.
Dengan tangan gemetar, kakek Tang mengambil ponsel bututnya, dan memencet satu nomor telepon.
Dari dalam halaman vila itu, tampak si pria dengan cepat mengambil ponselnya dan berdiri sambil mendekapkan gagang ponsel ke telinganya.
Pria ini… ya dialah Fredy alias Tantono, putranya kakek Tang!
Sementara itu di luar pagar besi, mata kakek Tang tampak berkaca-kaca dan menangis sambil memandang pria yang tidak lain adalah putra kandungnya itu.
Kakek Tang kemudian memutuskan sambungan teleponnya.
Ia sudah melihat anaknya, dan harapannya pun sudah terkabulkan.
Anaknya baik-baik saja dan hidup berkecukupan, kakek Tang sangat bahagia melihat kenyataan itu.
Ia melihat sejenak pakaian kumal di badannya.
Lalu secara diam-diam ia pun pergi meninggalkan vila tempat kediaman anaknya.
Tiba-tiba, ponsel kakek Tang bergetar, dan ia melihat telepon dari anaknya.
“Yah … Ayah ..,” terdengar suara serak seorang pria dari ujung telepon.
Kakek Tang menoleh ke belakang, terlihat Fredy/Tantono anaknya itu berlutut sambil menggenggam ponselnya diiringi dengan linangan air mata yang membasahi wajahnya. (jhony/rp)
Sumber: coco01.net